Wujudkan Kerukunan, Balai Litbang Agama Jakarta Gelar Dialog Moderasi Beragama di Banten

Banten - Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (Balai Litbang Agama) Jakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) dan Dialog Interaktif Penguatan Moderasi Beragama di Serang Banten, Kamis (8/10/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Kementerian Agama melalui Balai Litbang Agama Jakarta untuk memperkuat pemahaman dan implementasi nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat.

Mengusung tema "Memperkuat Moderasi Beragama dan Harmoni Sosial di Provinsi Banten," kegiatan ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, akademisi, ormas keagamaan, serta perwakilan lintas iman di Banten.

Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, Irhason, dalam sambutannya menegaskan bahwa moderasi beragama merupakan program strategis nasional yang menjadi tanggung jawab seluruh umat beragama.

"Moderasi beragama adalah cara kita menempatkan agama sebagai sumber nilai yang menyejukkan, adil, dan menghargai perbedaan. Forum seperti ini menjadi ruang bersama untuk memperkuat komitmen dalam menjaga harmoni antarumat beragama di Banten," ujarnya.

Irhason menambahkan, kegiatan ini merupakan salah satu dari delapan program prioritas Kementerian Agama yaitu Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan. Dialog ini bertujuan meningkatkan kualitas kerukunan antarumat beragama dan penguatan pembinaan umat, sehingga tercipta harmoni dan menghindarkan diri dari potensi konflik.

"Salah satu yang terpenting dari dialog ini adalah menghasilkan rumusan konkret berupa identifikasi atau potensi dini permasalahan umat beragama dan alternatif solusi dari masing-masing peserta atau kelompok dalam upaya menciptakan harmoni dalam perbedaan," tegasnya.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag Banten, Dr. H. Amrullah, M.Si, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya menghargai perbedaan dalam kehidupan beragama.

"Konflik keagamaan dapat terjadi baik di internal maupun antarumat beragama. Karena itu, perbedaan tidak boleh dijadikan sumber pertentangan, melainkan harus dihargai sebagai kekayaan bangsa," ungkap Amrullah.

Amrullah juga menekankan perlunya pendidikan moderasi beragama bagi seluruh lapisan masyarakat. "Pemahaman tentang moderasi perlu ditanamkan sejak dini agar masyarakat memiliki cara pandang yang seimbang, menolak kekerasan, dan mampu menjadi penengah di tengah perbedaan," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa potensi konflik di masyarakat tidak hanya disebabkan oleh perbedaan agama, tetapi juga bisa dipicu oleh faktor ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan sosial.

Selain dialog, kegiatan ini juga diisi dengan sesi interaktif yang melibatkan peserta dari berbagai agama dan organisasi keagamaan di Banten. Para peserta berbagi pengalaman serta memberikan masukan terkait tantangan implementasi moderasi beragama di daerah masing-masing.

Turut hadir dalam kegiatan ini Wakil Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Dr. Ali Muhtarom, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banten KH. Romly, Ketua LDII Banten Dimo Tono Sumito, Kabid Bagaskara dan pengurus LINES Banten, serta perwakilan tokoh enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu), ormas keagamaan, dan tokoh budaya.

Melalui kegiatan ini, Balai Litbang Agama Jakarta berharap lahir sinergi antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam memperkuat deteksi dini serta pencegahan potensi konflik keagamaan. "Hasil FGD ini akan menjadi bahan rekomendasi kebijakan bagi penguatan moderasi beragama di wilayah Banten dan sekitarnya," pungkas Irhason.